fbpx
Tips Memesan Domain Brand

Tips Memesan Domain Brand

Pada artikel tentang tips membuat nama Brand, ada saran yang harus segera dilakukan jika nama Brand sobat ternyata belum ada yang mempublikasikannya di Internet, yaitu segera mendaftarkannya. Nah, artikel ini akan membahas tips memesan domain Brand, semoga bermanfaat.

Melanjutkan bahasan sebelumnya, fakta bahwa tidak terindeksnya nama Brand yang dijadikan keyword saat melakukan pencarian di mesin pencari, jangan membuat diri sobat senang dahulu. Karena bisa saja untuk nama brand yang akan dijadikan domain sudah dimiliki oleh orang lain namun belum dipublikasi, atau di simpan penjual domain yang sudah meriset dan memesannya terlebih dahulu untuk dijual kembali di atas harga normal. Oleh karenanya, mengecek secara langsung di penyedia domain akan lebih baik ketimbang hanya mengecek melalui mesin pencari.

Tips Memesan Domain Brand

Berikut beberapa tips yang dapat diikuti saat akan memesan domain brand:

Kelanjutan artikel ini hanya bisa dibaca oleh Member, silahkan login disini dulu atau Registrasi di sini

  1. Domain sesuai nama brand yang sudah ditentukan sebelumnya. Gunakan ekstensi .com karena sudah lebih dikenal oleh umum/familiar. Sebagai contoh, produk Sobat adalah cafe/resto, dan nama Brand yang ditentukan adalah LaparHaus maka pesanlah domain laparhaus.com
  2. Jika sudah ada yang memakai nama Brand dengan ekstensi .com, maka gunakan Top Level Domain lainnya. Sobat disarankan menggunakan domain dengan ekstensi .org jika rencana jangkauannya global, misalnya laparhaus.org. Namun sobat dapat juga mempertimbangkan ekstensi .id jika berencana hanya menjangkau wilayah Indonesia saja, contohnya laparhaus.id
  3. Upayakan nama domain tidak terlalu panjang, seperti restoranlaparhaus.com
  4. Hindari penggunaan tanda baca strip (-) semisal cafe-lapar-haus.com
  5. Hindari penggunaan angka seperti laparhaus2020.com
  6. Hindari penggunaan singkatan yang menyulitkan untuk dibaca apalagi dihafal, contohnya lprhs.com
  7. Sobat dapat mempertimbangkan untuk menggunakan keyword untuk nama domain. Namun tidak menjadi tumpuan utama untuk optimasi di mesin pencari (SEO), semisal seafoodjakarta.com
  8. Memesan di penyedia yang resmi dan pesan domain baru, bukan domain yang sudah dibeli lalu dijual kembali oleh penjual domain
  9. Jika poin ke-9 terpaksa dilakukan, maka sempatkan untuk melakukan riset terhadap domain yang akan dipesan: apakah pernah digunakan untuk situs penipuan, judi, atau pornografi? Melihat track record penjual domain, jangan sampai sudah membayar lebih tinggi dari harga normal, ternyata menjadi korban penipuan.
  10. Jika ada budget, disarankan sobat membeli beberapa domain. Misalnya domain utama sudah berekstensi .com, pesanlah juga minimal nama domain Brand sobat yang berekstensi .org dan .id

Nah, itu beberapa tips memesan domain Brand yang bisa dicoba untuk diterapkan. Jika sobat ada pengalaman lain yang bisa di share, jangan ragu menghubungi kami agar pengalaman tersebut dapat disertakan dalam artikel ini.

Tips Membuat Nama Brand

Tips Membuat Nama Brand

Bingung menentukan nama Brand untuk Produk, atau Jasa Sobat? Kalau bingung, pegangan! Hehe …  peace yah V (^_^)

Banyak dari pemilik produk, atau jasa, kebingungan saat awal mau menentukan atau membuat nama Brand. Ada harapan di sana, nama yang ditentukan dapat membawa kebaikan dan keberhasilan usahanya. Sehingga, dapat memudahkan pemilik produk mewujudkan hal baik lainnya.

Buat sobat jika belum mengerti apa itu Brand, bisa baca sekilas penjelasannya di beberapa paragraf pada tulisan Cara Menentukan Pendekatan Branding. Berikut beberapa tips yang diharapkan bisa memandu sobat untuk membuat nama brand.

Sebelum membuat nama Brand, setidaknya perlu dipahami ada tiga tahapan yang perlu dilakukan, yaitu: Curah Pendapat, Pemilahan-Pemilihan, dan Pengujian.

Kelanjutan artikel ini hanya bisa dibaca oleh Member, silahkan login disini dulu atau Registrasi di sini

Tips Membuat Nama Brand

Tahap Pertama: Curah Pendapat

Ketika kita mengalani kebuntuan dalam suatu hal, maka patut dicoba untuk mencari solusi dari pendapat dan pengalaman orang lain. Pun sama dengan membuat nama Brand, jangan gengsi untuk sekedar mencari pendapat dari orang lain. Bukan berarti pendapat sendiri tidak baik, tapi bisa saja pendapat orang lain justru meneguhkan hasil pikir sendiri yang tadinya diragukan.

Pada tahapan ini, curah pendapat bisa dimulai dari diri sendiri, karena bagaimanapun yang lebih mengenali produk, atau jasa yang akan diluncurkan adalah Sobat sendiri. Mulailah mencari nama yang potensial, misal dari nama produk sesungguhnya atau yang mencerminkan produk, atau bisa juga mencari padanan kata/serupa artinya. Misalnya pada kata Aqua untuk padanan kata Air atau Water.

Bila nama produk terlalu umum, bahkan pada padanan katanya. Mungkin sobat perlu mencoba mencari nama dengan perumpamaan tertentu. Contoh yang paling populer adalah penamaan Brand facebook, dari membaca namanya saja sudah tergambar apa yang akan didapatkan penggunanya.

Tapi, tidak semua nama Brand harus sama dengan produk. Bisa juga dari tujuan produk dibuat, semisal yang lagi tren dengan penamaan seperti Hauz, Kranz, MeeNum, dan sejenisnya. Apalagi jika produk adalah sesuatu yang benar-benar baru, maka akan lebih leluasa menentukan nama yang keren. Namun ada harga yang akan dibayar lebih dari biasanya untuk proses marketing yang dilakukan, di sana trade off-nya. Contohnya adalah Brand Apple yang tidak ada kaitannya dengan produk elektronik yang dibuat.

Terakhir, sobat juga bisa mencoba nama yang terkesan nyeleneh atau unik menunjukkan pembeda khusus pada produknya, misalnya adalah Bakso UFO karena bentuk baksonya mirip mangkok yang sekilas seperti UFO di film-film. Sebagai sebuah catatan yang perlu diperhatikan adalah, hindari nama Brand yang bermakna negatif dalam mengenali produk, atau jasa sobat.

TAHAP Kedua: Pemilahan-Pemilihan

Bila tahap pertama sudah dilakukan dan menghasilkan banyak nama Brand yang potensial, maka sobat perlu melakukan pemilahan agar mudah memilih yang terbaik. Adapun berikut beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk melakukan pemilahan nama Brand agar mengerucut menjadi jumlah yang lebih sedikit untuk di pilih.

Pertama silakan sobat nilai semua nama Brand yang sudah terkumpul, mana saja yang masuk kategri simple dalam artian mudah untuk diingat, mudah disebutkan, mudah diucap, bahkan mudah diketik. Jika ada yang tidak masuk kategori, jangan ragu untuk digeser ke pinggir dan jadikan arsip saja.

Saran kedua melengkapi saran pertama yaitu cari nama Brand yang tidak terlalu panjang, alias ringkas. Beberapa pakar brand menyarankan nama Brand tidak lebih dari dua, atau tiga kali pengejaan (spelling). Misalnya Safe Swim, Meiza, gojek, twitter, dan lainnya.

Saran ketiga adalah mencoba untuk mencari informasi apakah nama Brand yang kita pakai memenuhi syarat dan tidak melanggar hak cipta? Sobat bisa melihat status nama Brand di situs pemerintah yang menangani HaKI. Jangan sampai sudah elah menentukan nama Brand ternyata sudah terdaftar kepemilikannya oleh orang lain.

Saran terakhir yang bisa dijadikan alternatif yaitu dengan melakukan pengecekan nama Brand di mesin pencari. Apakah sudah ada yang menggunakannya untuk produk serupa? Apakah telah ada yang memakainya namun untuk kategori produk berbeda? Jika masih tersedia untuk menjadi nama Brand sobat, segera di amankan dengan memesan domain di penyedia domain.

Tahap 3: Uji Coba

Tahap ini adalah tahap terakhir sebelum nama Brand dari Produk, atau Jasa milik sobat diluncurkan kepada umum. Tujuannya untuk mengetahui apakah nama Brand dapat diterima oleh calon pelanggan (brandable).

Cara mudahnya adalah dengan menanyakan ke beberapa orang untuk mengetahui responnya, dengan penilaian yang sudah ditentukan ukurannya. Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan parameter untuk penilaian calon pelanggan:

1.       Kemudahan diucap, bahkan saat pengucapan dilakukan tidak secara langsung (tatap muka) misalnya melalui saluran telepon;

2.      Kemudahan untuk dieja per hurufnya, tujuannya untuk membantu calon pelanggan jika bunyi/pengucapan yang di dengar masih masih samar;

3.      Tidak menimbulkan salah tafsir karena nama Brand mirip dengan produk lain;

4.      Dapat mengarahkan, atau tertuju pada asosiasi sebuah produk

Hal yang juga perlu diperhatikan adalah nama Brand dapat diganti jika dibutuhkan. Jadi jangan terlalu baper jika memang hal tersebut perlu dilakukan, tapi hindarilah perubahan yang berkali-kali apalagi dalam waktu yang singkat.

Oke, itu semua tips membuat nama Brand yang terbagi menjadi tiga tahapan. Semoga bermanfaat. Bantu share ya.

Cara Menentukan Pendekatan Branding

Cara Menentukan Pendekatan Branding

Sobat perlu tahu bahwa pendekatan branding Produk, atau Jasa, mempengaruhi langkah ke depan dalam menentukan strateginya.

Tapi tunggu dulu, sebelum membahas lebih jauh cara menentukan pendekatan branding, apakah sobat mengerti apa itu Brand? Hehe …

Apa Itu Brand?

Mengulas sedikit, secara harfiah Brand diartikan sebagai merek. Sementara berdasarkan ecommercewiki.org

The term ‘brand’ originated from livestock branding. Differentiating one person’s cattle from another’s by means of a distinctive symbol burned into the animal’s skin with a hot branding iron

Terjemah bebasnya, istilah ‘Brand’ berasal dari pemberian tanda pada ternak hidup. Gunanya membedakan ternak milik seseorang dari milik orang lain, caranya dengan menggunakan simbol khusus dari besi panas yang dibakar lalu ditempel ke kulit binatang itu.

Kelanjutan artikel ini hanya bisa dibaca oleh Member, silahkan login disini dulu atau Registrasi di sini

Perkembangannya, Brand memiliki arti yang berbeda. Investopedia.com mengartikan Brand sebagai berikut:

A brand is a distinguishing symbol, mark, logo, name, word, sentence or a combination of these items that companies use to distinguish their product or SERVICE from others in the market.”

Menurut investopedia, Brand adalah simbol, tanda, logo, nama, kata, kalimat, atau kombinasi dari item-item tersebut yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk membedakan produk atau layanan mereka dari yang lain di pasaran.

Nah, kalau menurut praktisi Branding Indonesia, Pak Bi (Subiakto Priosoedarsono):

Branding is the sum of perception that are held about you, your company or your products. This include perceptions held by both external and internal audiences and stakeholder

Secara bebas terjemahnya, Brand adalah hasil akhir suatu persepsi yang dimiliki tentang Anda, perusahaan Anda, atau produk Anda. Cakupannya termasuk tentang persepsi yang dimiliki oleh audiens dan pemangku kepentingan baik dari eksternal maupun internal. Semoga sedikit kutipan di atas dapat memberikan gambaran untuk kemudian memahami apa itu Branding.

Apa Itu Branding?

Melanjutkan pendapat Pak Bi, Branding adalah:

The universe of activities you undertake that affects those perception. In order to effectively build a positive brand perception, you must engage in both internal and external activities which are aligned to deliver a consistent impression of who you are

Menurut Pak Bi, Branding adalah segala kegiatan yang Anda lakukan, yang memengaruhi persepsi itu. Agar dapat secara efektif membangun persepsi merek yang positif, maka Anda harus terlibat dalam aktivitas internal dan eksternal yang selaras untuk memberikan kesan yang konsisten tentang siapa Anda.

Cara Menentukan Pendekatan Branding

Pada zaman sekarang, dengan semakin berkembangnya teknologi maka segala upaya sebagaimana dijelaskan di atas, juga dilakukan di dunia maya (digital/online) untuk melengkapi yang sudah dilakukan di dunia nyata (offline). Sehingga, selaras dengan penjelasan Pak Bi, maka tidak ada perbedaan tujuan antara branding pada umumnya dengan branding secara digital. Pada bagian ini, merek haruslah bersifat universal, di semua saluran dan media.

Salah Satu Pendekatan Branding

Berangkat dari penjelasan di atas, maka sobat perlu memahami karakteristik produk atau jasa kemudian disandingkan dengan karakteristik saluran dan media yang akan dijadikan sarana untuk branding. Ada banyak pembagian yang dilakukan oleh para praktisi untuk melakukan pendekatan branding terhadap produk atau jasa yang mereka kelola. Pada kesempatan ini, akan disampaikan salah satu pendekatan dalam melakukan Branding secara digital. Pendekatan yang kali ini diulas adalah berdasarkan pendekatan kebutuhan (need) dan minat (interest).

Pada barang atau jasa yang masuk kategori kebutuhan, maka para calon pelanggan akan lebih aktif dalam mencari informasi tentang hal yang dibutuhkannya. Secara offline, pencarian itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari riset kecil dengan bertanya kepada keluarga, tetangga, atau kolega yang pernah menggunakannya. Hingga mencari di mesin pencari, membaca sebuah ulasan (review) dari pengguna/tokoh, atau setidak-tidaknya mengikuti rating yang disajikan oleh penyedia data, jika dilakukan secara online.

Sementara untuk yang masuk kategori minat, maka pengguna cenderung pasif dalam mencari informasi hingga ada suatu “sentuhan” dari pemilik produk, atau jasa, yang menggugah mereka untuk mencari tahu lebih lanjut. Pada sisi ini, peran dari pemilik produk atau jasa dituntut lebih kreatif dan atraktif untuk mempengaruhi calon pelanggannya agar kemudian tergerak menyelami lebih dalam sesuai dengan minatnya masing-masing. Banyak hal yang dapat dipertimbangkan calon pelanggan, semisal: warna, corak, motif, model, gaya, rasa, dan lainnya.

Digital Branding

Bila kembali pada praktek di dunia nyata (offline), hal ini dapat sobat coba dengan menyebutkan suatu nama orang, atau produk, atau jasa tertentu kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Sedangkan jika di dunia maya (online/digital) maka pencarian hal yang dibutuhkan oleh calon pelanggan dibantu oleh keberadaan mesin pencari (Search Engine) seperti Google, Bing, Baidu dan lainnya. Calon pelanggan cukup mengetikkan sebuah kata kunci (keyword) pada area input yang disediakan.

Basis penayangan informasi oleh mesin pencari berdasarkan setiap data yang telah diinput dan diterbitkan setiap orang ke jaringan online, kemudian disesuaikan dengan relevansi kebutuhan pengguna mesin pencari. Hasilnya, calon pelanggan (melalui algoritma yang sudah dibuat oleh tim mesin pencari) dimudahkan dalam menemukan informasi relevan tentang produk, atau jasa, yang mereka butuhkan.

Contoh:

Pada akhir pekan depan sobat bersama teman-teman akan mengunjungi salah satu wisata air. Masalahnya adalah, sobat seorang yang tidak bisa berenang dikarenakan salah satu alasan. Apapun alasannya sobat butuh produk, atau jasa, yang dapat membantu sobat berenang, atau setidaknya membantu mengapung di air. Pada sisi lain waktu yang membatasi untuk belajar mengakibatkan sobat mencari produk yang memudahkan.

Pada area pencarian di mesin pencari, sobat akan mengetikkan kata/kalimat kunci agar menemukan solusi, semisal “baju renang anti tenggelam” atau “baju renang mengapung”. Salah satu hasil yang ditampilkan oleh mesin pencari adalah Baju Renang Premium Dewasa Merek Safe Swim. Kemudian pada baris dan halaman lainnya muncul pilihan produk serupa namun Brand-nya berbeda.

Berdasarkan contoh di atas, pada awalnya Sobat tidak mengetahui nama Brand yang sesuai dengan kebutuhan sobat. Namun, karena Brand tersebut menyesuaikan persepsi yang mereka inginkan dengan yang dibutuhkan calon pelanggan, maka mesin pencari dapat dengan mudah mempertemukan keduanya.

Sebagai pemilik Brand, produsen Safe Swim menginginkan agar produk mereka dikenal sebagai salah satu solusi bagi yang tidak bisa berenang, berapapun usianya, apapun jenis kelaminnya, bahkan pilihan berdasarkan keyakinannya (baju renang muslimah, atau baju renang berhijab). “Persepsi” produsen, disampaikan kepada publik dengan menyuplai informasi sebanyak mungkin melalui jaringan internet/online. Baik dengan website perusahaan, maupun sarana online lainnya.

Awalnya, baju renang model ini berbasis kebutuhan para calon pelanggan/pengguna. Belakangan para produsen menyadari bahwa produk mereka juga bisa masuk kategori minat karena ada unsur seperti warna, corak, motif, model, gaya, rasa, dan lainnya. Sehingga, untuk menguatkan Brand, para produsen juga memberikan pilihan-pilihan sesuai dengan minat calon penggunanya.

Sobat saat menentukan produk mana yang akan dipesan, akan mempertimbangkan kombinasi warna yang disukai, corak atau motif yang ditawarkan, model yang sesuai keinginan, tampilan/gaya yang menurut sobat kekinian, bahkan kadang sampai pada pilihan kenyamanan berdasarkan kain/bahan produk, dan lainnya. Apakah warna yang polos, atau yang colourfull. Apakah yang berbahan biasa sehingga memperlihatkan /membentuk shape tertentu dari foam-nya, atau berbahan khusus yang mampu menyembunyikan foam sehingga tidak terlihat seperti memakai pelampung.

Untuk mendekati calon pelanggan/pengguna, maka pemilik Brand perlu menyesuaikan strateginya. Tidak hanya menyuplai informasi “persepsi” yang sudah ditentukan agar mudah dirayapi oleh bot mesin pencari, tapi juga mendekati calon pelanggan/pengguna berdasarkan minatnya.

Penutup

Kembali memahami ulasan cara menentukan pendekatan branding dan contohnya di atas. Pada produk, atau jasa, yang berdasarkan pendekatan kebutuhan (need), maka pemilik Brand perlu melakukan upaya menyuplai informasi tentang produk mereka yang sesuai dengan persepsi yang sudah ditentukan. Sehingga persepsi yang ada di produsen sebagai pemangku kepentingan (stake holder) atau secara internal, selaras dengan persepsi calon pelanggan/pengguna atau secara eksternal. Kedua persepsi tersebut harus dijaga secara bersamaan agar memberikan kesan yang konsisten tentang produk tersebut. Sedangkan untuk produk, atau jasa, yang berdasarkan pendekatan minat (interest) pemilik Brand harus menyesuaikan strateginya di saluran dan media yang lebih sesuai (selain mesin pencari) Demikian sedikit bahasan tentang cara menentukan pendekatan branding. Semoga bermanfaat. Bantu share ya